Cari Blog Ini

Jumat, 25 Oktober 2013

sayaa...






BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan yang dikenal dengan keluaran (output) yaitu hasil akhir kegiatan dari tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun sebaliknya.
Standar adalah suatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal, atau disebut pula sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima.

B.     Rumusan masalah

1.      Apa pengertian standar pesyaratan  minimal?
2.      Bagaimana bentuk dari standar persyaratan minimal ?
3.      Apa pengertian standar penampilan minimal?
4.      Bagaimana bentuk standar penampilan minimal ?

C.     Tujuan
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan dan agar mahasiswi lebih memahami lagi mengenai standar pesyaratan minimal dan standar penampilan minimal.



BAB II
PEMBAHASAN

A.       Standar Persyaratan Minimal (Minimum Tequirement Standar)
1.      Pengertian
Yang menunjuk pada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan  yang bermutu. Menyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpdoman pada standar peleyanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah.  Penerapan standar minimal ( SPM ) oleh pemerintah pusat adalah cara untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan urusan wajib pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dan sekaligus merupakan akuntabilitas daerah kepada pemerintahan pusat dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

2.      Jenis- jenis
Undang-undang 32 tahun 2004 pasal 11
Standar ini dpt dibedakan menjadi 3 yaitu:
1)      Standar masukan
Standar masukan ditetapkan pesyaratan minimal unsur masukan yg perlu disediakan utk dpt menyelenggarakan pel.kes yg bermutu yakni:jenis,jumlah,&kualifikasi tenaga pelaksana.jenis, jumlah dan spesifikasi sarana, serta jumlah dana (modal). Jika standar menunjuk pd tenaga pelaksana  yaitu  standar ketenagaan(standar of personel), jika menunjukkan pada sarana yaitu  standar sarana (standar of facilities).

2)      Standar lingkungan
Standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yg diperlukan utk dpt menyelenggarakan pel.kes yg bermutu, yakni garis2 besar kebijakan, pola organisasi serta system menajemen yg hrs dipatuhi oleh setiap pelaksana pel.kes. Standar lingkungan ini populer dgn sebutan organisasi dan manajemen (standar of organization and management).



3)      Standar proses
Standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yg diperlukan utk dpt menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni tindakan medis dan tindakan non media pelayanan kesehatan. Yang dikenal dengan standar tindakan (standar of product) karena baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan  sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses.
Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas kewajaran, maka perlu ditetapkan standar keluaran. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka keempat standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai secara obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan penyimpangan,perlu segera diperbaiki. Dalam pelaksanaannya pemantauan standar-standar tersebut tergantung kemampuan yang dimiliki, maka perlu disusun prioritas.

3.      Manfaat standar pelayanan minimal
a)      Memberikan jaminan bahwa masyarakat akan menerima suatu pelayanan public dari pemerintahan daerah sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
b)      Dengan ditetapkannya SPM akan dapat ditentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu pelayanan public .
c)      Menjadi dasar dalam menentukan anggaran berbasis kinerja.
d)     Masyarakat dapat mengukur sejauh mana pemerintah daerah memenuhi kewajiban nya dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat, sehingga hal ini dapat meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah kepada masyarakat.
e)      Sebagai alat ukur bagi kepala daerah dalam melakukan penilaian kinerja yang telah dilaksanakan oleh unit kerja penyedia suatu pelayanan .
f)       Untuk mengukur tinggat keberhasilan pemerintah daerah dalam pelayanan public.
g)      Menjadi dasar bagi pelaksanaan pengawasan.

4.      Prinsip penyusunan dan penerapan SPM
a)      Consensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen2 yang ada pada lembaga yang bersangkutan.

b)      Nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau prosedur teknis.
c)      Terukur, yaitu dapat dihitung
d)     Terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluh warga lapisan masyarakat
e)      Terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM jenis-jenis pelayanan dasar lainnya dengan menggunakan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia

f)       Akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada public.
g)      Bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan keuangan, kelembagaan, dan personil dalam pencapaian SPM

5.      Prinsip-prinsip penerapan standar persyaratan  minimal
a)      SPM diterapkan pada seluruh urusan wajip pemerintahan daerah.
b)      SPM dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah pusat.
c)      SPM bersifat dinamis, dalam arti selalu dikaji dan di perbaiki dari waktu ke waktu dengan kondisi nasional dan perkembangan daerah
d)     SPM harus dijadikan acuan dalam perencanaan daerah, penganggaran, pengawasan, pelaporan dan sebagai alat untuk menilai pencapaian kinerja.

6.      Indikator
Untuk mengukur tercapai tidaknya standar yang telah ditetapkan, maka digunakan indikator (tolok ukur), yaitu yang menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan. Makin sesuai sesuatu yang diukur dengan indikator, makin sesuai pula keadaannya dengan standar yang telah ditetapkan.  
Indikator persyaratan minimal Yaitu indikator persyaratan minimal yang menunjuk pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan, lingkungan dan proses. Apabila hasil pengukuran berada di bawah indikator yang telah ditetapkan pasti akan besar pengaruhnya terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

      
    
B.      Standar Penampilan Minimal (Minimum Performance Standar)
Adalah yang menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan  yang masih dapat diterima.
Santar ini menunjukkan pada unsur keluaran maka disebut dengan standar keluaran (standar of output) atau standar penampilan (standar of performance). Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan  keempat standar ini perlu dipantau serta dinilai secara objektif dan berkesinambungan apabila ditemukan penyimpangan, perlu segera diperbaiki.
Indikator penampilan minimal Yaitu indikator penampilan minimal yang menunjuk pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar penampilan minimal yang diselenggarakan. Indikator penampilan minimal ini sering disebut indikator keluaran. Apabila hasil pengukuran terhadap standar penampilan berada di bawah indikator keluaran maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan tidak bermutu.



















BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi. Ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien.
Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi. Ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien.
Baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut, dan untuk menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan ketiga unsur harus diupayakan sedemikian rupa agar sesuai dengan standar dan atau kebutuhan.

                                                   
B.     Saran

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna bahkan banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun materi yang disampaikan, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik, masukan, serta saran untuk perbaikan makalah ini kedepannya agar lebih baik lagi.

tugas sayaa...


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker paling tua pada manusia. Penyakit kanker payudara telah dikenali sejak zaman Mesir Kuno ±1600 SM. Para ahli menemukan beberapa kasus yang berhubungan dengan kanker payudara dan cara penanganannya (Anonim, 2011).
Menurut WHO, sekitar 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250000 kasus baru kanker payudara terdiagnosis di Eropa dan kurang dari 175000 di Amerika Serikat (Anonim, 2011).
Menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki peringkat pertama diantara kanker lainnya yang biasa dialami oleh wanita (Anonim, 2011).
Kanker payudara merupakan kanker nomor dua terbanyak yang dialami wanita Indonesia setelah kanker mulut rahim (kanker serviks). Oleh karena itu, memeriksa payudara merupakan hal yang sangat penting (Manuaba, 2009).
Kanker payudara menduduki tempat kedua dari insidens semua tipe kanker di Indonesia, baik menurut penyelidikan Bagian Patologi Universitas Indonesia maupun registrasi yang terbaru dari proyek penelitian registrasi kanker di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1978. Penelitian tersebut menemukan 2606 kasus kanker. Kanker serviks (633 kasus) yang terbanyak, kanker payudara (385 kasus) yang nomor 2 terbanyak, dan kanker nasofarinks nomor 3 yaitu 282 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahun, dan terbanyak berumur 40-49 tahun, yaitu 130 kasus (Prawirohardjo, 2008).
Secara epidemiologi, orang melihat tendensi penyakit ini familial, artinya seorang wanita dengan ibu penderita kanker payudara mempunyai kemungkinan lebih banyak mendapat kanker payudara daripada wanita-wanita dari ibu yang tidak menderita penyakit tersebut. Wanita yang infertil juga lebih tinggi kemungkinan mendapat kanker payudara  daripada wanita yang fertil (Prawirohardjo, 2008).
Berdasarkan data di atas, maka makalah ini akan membahas mengenai kanker payudara dimulai dari definisi hingga penanganan dan pencegahan kanker payudara.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi kanker payudara?
2.      Bagaimana etiologi kanker payudara?
3.      Bagaimana patofisiologi kanker payudara?
4.      Bagaimana tanda dan gejala kanker payudara?
5.      Bagaimana klasifikasi kanker payudara?
6.      Bagaimana pencegahan kanker payudara?
7.      Bagaimana penanganan kanker payudara?

C.   Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
1.      Diperolehnya definisi kanker payudara.
2.      Diperolehnya etiologi kanker payudara.
3.      Diperolehnya patofisiologi kanker payudara.
4.      Diperolehnya tanda dan gejala kanker payudara.
5.      Diperolehnya klasifikasi kanker payudara.
6.      Diperolehnya pencegahan kanker payudara.
7.      Diperolehnya penanganan kanker payudara.

D.   Manfaat
Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan mengenai kanker payudara.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi
Kanker payudara (karsinoma payudara) adalah tumor ganas yang tumbuh di jaringan payudara. Jenis kanker ini sering terjadi pada wanita dan tidak menutup kemungkinan jika terjadi pada kaum pria, hanya saja kasusnya sangat jarang.
Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor. Benjolan tersebut ada yang jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang disebut kanker. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya (Anonim, 2009).
Description: E:\kanker payudara\gambar-kanker-payudara.jpg

B.   Etiologi
Penyebab kanker payudara tidak diketahui, tetapi payudara merupakan alat seks sekunder yang selalu menerima rangsangan hormonal setiap siklus menstruasi, pada saat hamil, dan laktasi (menyusui). Sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas (Manuaba, 2010).
Meskipun penyebab kanker payudara tidak diketahui, riset mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu, yang meliputi:
1.    Keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa.
2.    Usia yang makin bertambah.
3.    Kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun.
4.    Faktor hormonal baik estrogen maupun androgen (Anonim, 2011).
5.    Wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan
6.    Kehamilan pertama terjadi setelah berumur 30 tahun
7.    Mendapat menstruasi pertama pada usia di bawah 12 tahun dan menopause setelah usia 55 tahun.
8.    Bahan kimia - Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
9.    Penggunaan DES (dietilstilbestrol). Wanita yang mengonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.
Perlu diingat bahwa faktor-faktor yang disebutkan di atas tidaklah selalu dapat memicu serangan kanker payudara, namun seringkali riwayat hidup seseorang yang terkena kanker payudara berhubungan dengan faktor-faktor tersebut.

C.   Patofisiologi
Beberapa jenis kanker payudara sering menunjukkan disregulasi hormon HGF dan onkogen Met, serta ekspresi berlebihan enzim PTK-6. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
1.       Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebutkarsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-branching pada kelenjar payudara dan lobualveologenesis pada sel epitelial payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi oleh karsinogen. Progestin akan menginduksi transkripsi regulator siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen, oleh karena estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron pada sel epitelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi kalsitonin sel luminal dan morfogenesis kelenjar.
2.         Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan.
3.         Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara. Beberapa diantaranya disertai dengan komplikasi lain (Anonim, 2012).

D. Stadium Dan Grade Dalam Kanker Payudara

Salah satu cara yang di gunakan untuk menggambarkan stadium dari kanker adalah system TNM. System ini menggunakan tiga criteria untuk menentukan stadium kanker. Yaitu :

1.    Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya ( T, Tumor )
2.    Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar kekelenjar getah bening disekitarnya? ( N, Node )
3.    Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain ( M, Metastasis )
Description: breast_credit.jpg
STADIUM
a.         STADIUM 0 :
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer. Yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.
b.         STADIUM I
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah bening
Description: breast_stagei_large2.jpg
c.       STADIUM IIa :
Pasien pada kondisi ini :
·       Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-titik pada saluran getah bening di ketiak ( axillary limph nodes )
·       Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak ( axillary limph nodes ).
·       Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
Description: breast_stageiia_large2.jpg
d.      STADIUM IIB :
Pasien pada kondisi ini :
1.    Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.
2.    Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
3.    Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
Description: breast_stageiib_large2.jpg
e.       STADIUM III A :
Pasien pada kondisi ini :
·       Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak.
·       Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak.
.
Description: breast_stageiiia_large2.jpg
f.       STADIUM III B :
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
Description: breast_stageiiib_large2.jpg
g.      STADIUM IIIC :
Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening dalam group N3 ( Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran getah bening dibawah tulang selangka ).
Description: breast_stageiiic_large2.jpg
h.      STADIUM IV :
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu :
Tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk.
Description: breast_stageiv_large2.jpg
GRADE 
Untuk mengetahui Grade Kanker, sample-sample hasil biopsy dipelajari dibawah microscope. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. Ini akan memberi petunjuk pada team dokter seberapa cepatnya sel kanker itu berkembang.
Berikut adalah Grade dalam kanker payudara :
GRADE 1 :
Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang, biasanya tidak menyebar.
GRADE 2 :
Ini adalah grade tingkat sedang
GRADE 3 :
Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya menyebar.


E.   Tanda dan Gejala
Description: E:\kanker payudara\gejala-kanker-payudara.jpg
Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang terasa berbeda pada payudara. Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri. Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau puting susu. Berikut merupakan gejala kanker payudara, yaitu:
1.      Benjolan pada payudara yang berubah bentuk atau ukuran.
2.      Kulit payudara berubah warna (dari merah muda menjadi coklat hingga seperti kulit jeruk).
3.      Puting susu masuk ke dalam (retraksi). Bila tumor sudah besar, salah satu puting susu tiba-tiba lepas atau hilang.
4.      Bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang timbul.
5.      Kulit payudara terasa seperti terbakar.
6.      Payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain, tanpa menyusui.
7.      Adanya borok (ulkus). Ulkus akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara.
8.      Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit
9.      Payudara sering berbau dan mudah berdarah (Anonim, 2009).

F.   Klasifikasi
Ada 2 macam klasifikasi kanker payudara, yakni klasifikasi patologik dan klasifikasi klinik.
1.    Klasifikasi Patologik
a.    Kanker puting payudara (Paget’s disease).
Paget’s disease adalah bentuk kanker yang dalam taraf permulaan manifestasinya sebagai eksema menahun puting susu, yang biasanya merah dan menebal.
b.    Kanker duktus laktiferus: papillary, comedo, adeno carcinoma dengan banyak fibrosis (scirrhus), medullary carcinoma dengan infiltrasi kelenjar.
c.    Kanker dari lobulus.
Ini yang timbul sering sebagai carcinoma in situ denga lobulus yang membesar.
2.    Klasifikasi Klinik
Kanker payudara, di samping klasifikasi patologik, juga mempunyai klasifikasi klinik. Sebelum 1968, di klinik bedah sering dipakai klasifikasi Steinthal.
a)    Steinthal I           : Kanker payudara sampai 2 cm besarnya dan tidak mempunyai anak sebar.
b)   Steinthal II          : Kanker payudara 2 cm atau lebih dengan mempunyai anak sebar di kelenjar ketiak.
c)    Steinthal III         : Kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, infra dan supraklavikular; atau infiltrasi ke fasia pektolaris atau ke kulit; atau kanker payudara yang apert (memecah ke kulit).
d)   Steinthal IV        : Kanker payudara dengan metastasis jauh, misalnya ke tengkorak, atau tulang punggung, atau paru-paru, atau hati dan panggul (Prawirohardjo, 2008).

G.    Pencegahan
Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan dalam 3 kelompok besar, begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
1.      Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan agar orang hidup sehay melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko. Pencegahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
2.      Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini, salah satunya dengan menggunakan mammografi.
3.      Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita (Anonim, 2012).

H.   Penanganan
Ada beberapa penanganan kanker payudara yang tergantung pada stadium klinik penyakitnya, yaitu:
1.      Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pangengkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi, yaitu:
a.       Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
b.      Total (Simple) Mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar ketiak.
c.       Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.
2.      Radiasi
Radiasi adalah proses  penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.


3.      Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme kemotaksis. Tidak hanya sel kanker di payudara, tapi juga seluruh tubuh.
4.      Lintasan Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh overian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang. Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat dapat ditoleransi tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal (Anonim, 2012).



BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai kanker payudara, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.    Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya
2.    Etiologi kanker payudara tidak diketahui tetapi ada faktor predisposisi yang menyertainya yaitu keturunan, usia yang makin bertambah, tidak memiliki anak, kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun, periode menstruasi yang lebih lama dan faktor hormonal.
3.    Tahapan patofisiologi kanker payudara yaitu transformasi, fase inisiasi, fase promosi, dan fase metastasis.
4.    Tanda dan gejala kanker payudara adalah terdapatnya benjolan dan kulit berubah warna, nyeri hilang timbul.
5.    Klasifikasi kanker payudara terdiri dari klasifikasi patologik dan klasifikasi klinik.
6.    Pencegahan kanker payudara terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
7.    Penanganan kanker payudara diantaranya adalah mastektomi, radiasi, kemoterapi, dan lintasan metabolisme.

B.   Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka kami sarankan bahwa sebaiknya para wanita Indonesia melakukan pencegahan dengan cara pendeteksian dini agar mengurangi risiko terkena kanker payudara.



DAFTAR PUSTAKA


Anonim.                  2009.                          Kanker                              Payudara. (http://www.google.com/kanker-payudara.pdf)     diakses     tanggal  2 oktober 2013. Makassar.
Anonim. 2011.  Kanker  Payudara.   (http://www.google.com/pharmaceuticals) diakses tanggal 2 Oktober 2013. Makassar.
Anonim. 2011. Kanker Payudara. (http://www.google.com/bab_2.pdf) diakses tanggal 2 Oktober 2013. Makassar.
Anonim.                     2012.                            Kanker                         Payudara. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kanker_payudara) diakses   2   Oktober 2013. Makassar.
Manuaba Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Manuaba    Ida     Ayu       Chandranita,  dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,  dan  KB  untuk  Pendidikan Bidan. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Prawirohardjo Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.